
Sehat iKidangbang, JAKARTA – Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS pada awal perdagangan hari ini, Selasa (12/8/2025).
Berdasarkan data BloombergPada pukul 09.05 WIB, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,03% menjadi Rp16.285 terhadap dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS juga mengalami penurunan sebesar 0,02% menjadi 98,49.
Beberapa mata uang negara Asia juga mengalami penurunan terhadap dolar AS, seperti yen Jepang yang turun 0,08%, dolar Taiwan yang turun 0,01%, dan peso Filipina yang turun 0,26%.
Di sisi lain, mata uang negara-negara Asia yang mengalami penguatan terhadap dolar AS antara lain yaitu dolar Singapura yang naik 0,07%, won Korea Selatan meningkat 0,13%, yuan Tiongkok bertambah 0,02%, ringgit Malaysia naik 0,03%, serta bath Thailand yang menguat 0,12%.
Sebelumnya, analis forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini akan mengalami fluktuasi, tetapi ditutup melemah antara Rp16.270 hingga Rp16.320 per dolar AS.
Di akhir perdagangan kemarin, rupiah menguat menjadi Rp16.279,50 per dolar AS, naik sebesar 0,08%. Di sisi lain, indeks dolar AS meningkat 0,01% menjadi 98,18.
Ibrahim menjelaskan bahwa sentimen luar negeri yang memengaruhi pergerakan rupiah adalah adanya penerapan tarif Amerika Serikat terhadap Tiongkok yang akan mulai berlaku pada 12 Agustus 2025. Menurutnya, hal ini akan menimbulkan ketidakpastian mengenai hasil negosiasi antara kedua negara.
Situasi tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan ekspor dari Tiongkok pada minggu lalu sebesar 7,2% secara tahunan (YoY) untuk bulan Juli. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku ekspor berlomba mengirimkan barang sebelum tarif baru diberlakukan.
Sentimen lainnya di pasar global adalah optimisme terhadap kemungkinan berakhirnya sanksi yang menghambat pasokan minyak Rusia ke pasar internasional. Optimisme ini semakin bertambah dengan rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 15 Agustus mendatang.
Di dalam negeri, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 kembali meningkat menjadi 4,8%. Sebelumnya, IMF mengestimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,7% untuk tahun 2025. Perubahan prediksi oleh IMF ini dianggap sesuai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, yang pada 2025 mencapai 3%, naik 0,2 poin persentase. Sementara itu, untuk tahun 2026 diperkirakan mencapai 3,1%, meningkat 0,1 poin dibandingkan proyeksi bulan April 2025.
Di sisi lain, IMF menganggap bahwa ketegangan geopolitik saat ini berpotensi melemahkan pertumbuhan ekonomi, mengganggu rantai pasok global, serta menyebabkan kenaikan harga komoditas.
"Meski demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi global saat ini diperkirakan bisa naik, asalkan ada kebijakan yang mampu membangun kepercayaan, keteraturan, dan kelangsungan untuk mengurangi ketegangan serta menjaga stabilitas harga," ujar Ibrahim, Senin (11/8/2025).